DARI ORANG UNTUK SESEORANG
Untuk pertama kalinya aku merasakan kembali bahagianya jatuh cinta. Sejak dihari aku patah hati, aku tidak pernah berani lagi untuk memulai kembali, aku terlalu takut akan sebuah kegagalan atau lebih tepatnya sebuah penolakan. Bukan trauma tapi memang diri ini yang terlalu lemah untuk berubah dan memulai semuanya dari nol lagi. Beberapa hari yang lalu saat kita bertemu, aku merasakan sesuatu dalam diriku mulai hidup lagi. Entah kenapa bahagia rasanya melihatmu tertawa karena candaan yang aku lemparkan. Aku rasa saat ini aku mulai mengagumimu tapi mungkin aku masih belum cukup berani untuk melangkah lebih jauh denganmu. Atau mungkin memang belum waktunya untuk aku melangkah ke tahap itu dan sampai waktunya tiba nanti aku harap aku masih punya kesempatan.
Kau bukanlah kriteria yang aku cari tapi tidak tau kenapa ketika kita bertemu aku merasa persetan dengan semua kriteria. Gugup? Sangat, bertemu dengan matamu saja mataku menghindar apalagi untuk duduk berdua denganmu. Tentu saja aku tau bahwa tidak hanya aku seorang yang mengagumi dirimu, pasti banyak diluar sana yang mengejarmu bahkan mungkin sudah berada beberapa langkah didepanku. Menyerah? Tentu bukan itu jalan yang aku pilih, insecure? Sudah jelas jika melihat diriku yang sekarang aku tidak percaya diri untuk mencapaimu. Siapa sih aku? Aku cuma orang baru dicerita kehidupanmu, aku bukan siapa siapa, peranku hanya sebagai figuran. Maaf bukannya aku tidak mau berjuang mengejar harapanku, hanya saja aku merasa diriku masih belum siap secara fisik, mental apalagi finansial. Aku harus menyiapkan semua itu terlebih dahulu karena diri ini masih sangat takut dengan penolakan.
Namun
aku sangat senang karena saat ini aku mulai bisa kembali menikmati rasa deg degannya
mengagumi seseorang. Keberanian tetap menjadi kendala untukku mengungkapkan,
jangankan untuk mengungkap perasaan, tatapanmu saja hanya kubalas dengan palingan
muka. Saat ini mungkin cara terbaik mendekatimu adalah tanpa berniat untuk
mendekat karena aku memasrahkan semua yang terjadi kepada Tuhan, biarlah Tuhan
yang menentukan kita kedepannya. Bukannya aku pesimis, tapi yang aku tau
hubungan yang tulus itu tidak disertai ambisi ataupun obsesi, harapan itu tetap
ada tapi ingat bukan paksaan.
The only currency in a goog relationship is trust, and it cannot be exchanged for your strengths or weaknesses.
BalasHapus