Belenggu Rasa

Foto oleh Renato Mu dari Pexels

Dalam perjalanan hidup, kita akan selalu dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa. Entah itu direncanakan atau tidak, yang jelas orang-orang itu akan mengisi kekosongan di gelasmu. Setiap orang akan selalu membawa cerita yang berbeda, mereka akan memberikan warna pada kertas putihmu. Tentu saja mereka bukan mengotori kertasmu tetapi mereka membuat kertasmu menjadi tidak membosankan untuk dipandang. Aku menganggap orang-orang yang aku temui akan selalu membawa kebaikan. 

Disaat jiwaku sedang dibelenggu oleh kematian aku disadarkan oleh Tuhan melalui perantara-Nya. Aku dipertemukan dengan seorang wanita yang sedang dalam perjalanannya menuju kebaikan. Lalu aku bertanya “Kemana kau akan melangkah? Apa yang sedang kau cari? Apakah sebuah ketenangan?”. Wanita baik itu menjawab “jika aku mencari ketenangan maka aku tidak akan menemukan ujungnya”. Aku yang mendengar jawabannya merasa bingung “lalu apakah itu berarti ketenangan tak bisa didapat?” wanita baik itu tersenyum mendengar pertanyaanku seraya berkata “ketenangan bukan tak bisa didapat. Lebih tepatnya tenang itu fana karena ketika kau sudah merasa mendapatkan ketenangan tanpa kau sadari masalah sedang berjalan menghampirimu dan seketika tenangmu akan sirna”. Aku terdiam cukup lama merenungi perkataan wanita itu hingga tanpa aku sadari dia sudah hilang dari hadapanku. Benar kata wanita itu, bahkan dalam kematianpun ketenangan itu belum tentu bisa kita dapat. Lalu untuk apalagi kita mencari ketenangan? Biarlah ketenangan itu sendiri yang menghampiri. Ketika kau mendekati Sang Maha yang menciptakan segalanya maka kegelisahan dan kekhawatiran akan berganti menjadi ketenangan.

Aku pernah juga dipertemukan dengan seorang ratu cantik dalam sebuah perjamuan makan. Ratu itu merupakan ratu yang sangat dicintai oleh rakyatnya karena kebaikan dan kebijaksanaan yang dimilikinya. Aku memandangnya dari kejauhan dan berkata dalam hati bahwa dia adalah orang yang paling bahagia sebab ia telah memiliki semua unsur kebahagiaan. Tiba-tiba ratu itu mendekat kepadaku dan berkata “aku memang terlihat seperti orang yang paling bahagia tetapi ketahuilah dalam setiap malam aku merasakan takut yang amat sangat. Aku merasakan mati hampir di setiap malam. Aku merasa sangat dekat dengan malaikat maut. Aku memang memiliki segalanya tapi aku tak bisa membeli nyawa ataupun membayar malaikat maut untuk tidak mencabut nyawaku. Entah karena rasa traumaku tentang pedih dan sedihnya atas kematian atau memang pertanda bahwa waktuku semakin dekat aku tidak perduli lagi akan hal itu. Bagiku yang terpenting saat ini adalah kedekatanku terhadap Tuhan karena hanya itulah yang menjamin kebahagiaanku yang abadi”. Aku sangat terkejut mendengar cerita sang ratu. Orang yang aku kira sangat bahagia ternyata merasakan kecemasan dalam hidupnya. Namun sikapnya membuatku kagum, dia memang seorang ratu yang dicintai rakyatnya tapi dengan adanya hal itu dia sadar bahwa dirinya bukanlah apa-apa dihadapan Tuhan.

Aku belajar banyak hal dari seorang wanita yang sedang dalam perjalanan menuju kebaikan dan dari seorang ratu yang memancarkan cahaya dari hatinya. Aku sadar tak sepantasnya aku mengeluhkan keadaan. Ketenangan dan kecemasan adalah sesuatu yang tak terlihat. Ingatlah satu hal bahwa hidup bukanlah bagaimana kau menemukan ketenangan atau menghilangkan kecemasan tapi bagaimana kau memahami maksud Tuhan menciptakan rasa yang tak terlihat itu.

 


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.